Pemerintah terus berupaya keras dalam mewujudkan ketahanan pangan di sektor pertanian dan perikanan. Salah satu upaya yang akan dilakukan dalam beberapa tahun ke depan ialah transfer teknologi dari negara maju ke negara berkembang.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Achmad Suryana mengungkapkan, isu ini dibahas dalam pertemuan delegasi dari beberapa negara Asia Pasific Economic Corporation. Dalam pertemuan, disetujui adanya pertukaran teknologi dari negara maju ke negara berkembang.
"Harus ada upaya meningkatkan produktifitas lahan itu dengan cara teknologi. Itu transfer teknologi dari negara maju, dan negara berkembang. Misalnya Amerika atau Kanada, Australia, sepanjang itu sesuai dengan lingkungan kita. Itu bisa ditransfer ke kita," ungkap Achmad di acara Press Conference Senior Officials Meetings III APEC di Hotel Santika, Medan, Sumatera Utara, Selasa (25/6/2013).
Achmad menegaskan, hal itu harus dilakukan mengingat lahan di Indonesia sudah sangat terbatas, sedangkan ekstensifikasi sulit dilakukan karena banyaknya alih fungsi lahan.
"Lahan kita itu terbatas, permintaan pangan kita tinggi," katanya.
Langkah tersebut merupakan salah satu dari beberapa upaya mencapai ketahanan pangan yang dibahas dalam pertemuan SOM III APEC. Achmad mengungkapkan, upaya lain adalah, melakukan penelitian dan memberdayakan petani dan lebih melibatkan petani dalam hal ketahanan pangan.
"Menyadari pentingnya peran petani, termasuk petani kecil dalam ketahanan pangan. Sehingga APEC mendorong para petani dilibatkan dalam ketahanan pangan, dalam rantai pasok pangan. Dan memberdayakan mereka melalui capacity building," papar Achmad.
Achmad mengatakan, semua hal tersebut dibahas, dirundingkan dan dituangkan dalam sebuah kerangka yang disebut Roadmap Towards 2020.
"Kalau 3 itu saja bisa dilaksanakan di Indonesia, itu sudah menjadi program. Dan upaya mencapai ketahanan pangan itu paling tidak akan lebih mudah dan lebih baik," kata Achmad.
Kalangan pengusaha makanan dan minuman mengharapkan dukungan masyarakat menjaga stabilitas harga pangan jelang puasa dan lebaran. Caranya dengan tidak menyetok atau membeli terlalu banyak makanan.
"Selagi tidak ada permintaan yang berlebihan. Masyarakat tidak berlebihan dalam memasok untuk pangan olahan dan pangan segar maka harga bisa stabil," ujar Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman di Jakarta, Senin (24/6/2013).
Pihak pengusaha, lanjut Adhi, berupaya mengurangi marjin keuntungan agar harga bahan makanan tidak mengalami kenaikan meski harga BBM subsidi naik.
"Kontribusi biaya distribusi terhadap harga produk sekitar 0,5-2 persen. Ini diharapkan bisa diserap dalam margin perusahaan sehingga tidak ada kenaikan harga saat ini," jelasnya.
Sementara itu, dari sisi pengambil kebijakan, Adhi menyatakan pihaknya mengharapkan Organisasi Gabungan Angkutan Darat (Organda) tidak menaikkan tarif angkutan terlalu tinggi.
"Kita imbau organda, pemerintah untuk bisa mengendalikan biaya angkutan ini sehingga konsumen terbantu, produsen terbantu," tandasnya. Upaya Mempertahankan Kebutuhan Pangan